Seperti yang kita semua tahu, emas memang salah satu barang yang paling tinggi nilainya. Inilah mengapa pekerjaan sebagai pekerja tambang emas sering kali diartikan sebagai pekerjaan dengan banyak uang. Apakah memang kenyataannya seperti itu? Jika menanyakan hal tersebut pada orang-orang yang bekerja di tambang emas, tentu saja mereka akan menjawab iya karena memang kenyataannya seperti itu. Kita tidak akan menyebutkan angka yang mereka dapatkan sebagai penghasilan di sini karena rasanya tidak etis. Tapi yang jelas, mereka bisa mendapatkan lebih dari cukup. Tapi di balik itu semua, ada resiko yang harus mereka tanggung. Malah bisa dibilang mereka setiap hari bekerja dengan taruhan nyawa. Lokasi Penambangan Emas yang “Mengerikan” Bagi Anda yang ingin tahu, pekerjaan di tambang emas bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Tempat bekerja yang tidak “manusiawi” merupakan tantang tersendiri bagi para pekerja tersebut. Anda jangan sampai membayangkan emas itu terletak di permukaan tanah dan para pekerja hanya bertugas memungutinya. Emas itu terletak di kedalaman. Jadi para pekerja harus membuat gua-gua untuk melakukan penambangan. Dan tidak jarang, gua tersebut bisa sangat dalam. Ada seorang pekerja tambang emas bernama Sodiek Imam Prasetyo. Mas Sodiek ini sudah bekerja sekitar 2 tahun untuk PT Antam (Persero) dan dia ditempatkan di Unit Bisnis Pertambangan Emas yang berada di kaki Gunung Halimun Salak di Bogor. Setiap harinya, pria ini harus masuk ke gua atau terowongan sampai bisa mencapai lokasi penambangan. Dari mulut terowongan sampai lokasi penambangan, jaraknya bisa beraneka ragam (ada lebih dari satu terowongan di sana). Mas Sodiek bahkan mengatakan ada yang jaraknya bisa mencapai 15 km. Dan selama 15 km perjalanan untuk bisa sampai di titik penambangan tersebut, mas Sodiek beserta teman-temannya harus berada dalam kegelapan dengan penerangan seadanya. Kondisi ini sebenarnya sudah cukup berbahaya karena mereka tidak tahu apa yang ada di depan mereka karena minimnya cahaya. Mereka tidak tahu jika ada daerah longsor di depannya atau bahaya yang lainnya. Dan karena jarak yang bisa cukup jauh itulah, ketika kondisi darurat terjadi, bantuan akan lama datang. Longsor dan Kurangnya Oksigen Kejadian longsor di pertambangan emas sudah bukan cerita baru bagi mas Sodiek. Sudah banyak rekannya yang meninggal saat bekerja akibat longsor. Dan tidak hanya itu saja, selama menambang, mas Sodiek bekerja selama 8 jam untuk menggali, memecah batuan, dan mencari emas yang terkandung di dalamnya. Fisiknya benar-benar diuji selama bekerja. Tidak jarang dia hampir pingsang karena kondisi di lapangan dan tugasnya yang menguras tenaga. Ya, bekerja di dalam terowongan tersebut membuat kadar oksigen bisa menipis. Bayangkan saja Anda harus bekerja dalam keadaan kurang oksigen. Namun paling tidak resiko tersebut bisa sedikit diminimalisir dengan dibangunnya pipa oksigen di sepanjang terowongan. Namun tetap saja resiko itu selalu ada karena kita tidak pernah tahu kapan pipa tersebut bermasalah. Kurangnya Sinar Matahari Dan menurut mas Sodiek, ada satu hal lagi yang membuat pekerjaan ini semakin berat: tidak melihat matahari selama bekerja. Mungkin bagi kita hal tersebut tampak sepele. Apa sih susahnya kerja tanpa melihat matahari atau sinar matahari? Tapi pada kenyataannya, kita ini pada dasarnya adalah makhluk yang butuh sinar matahari. Semua makhluk hidup itu butuh sinar matahari. Ketika Anda berada di suatu tempat tanpa sinar matahari dalam waktu yang relatif lama, dampaknya akan mulai terasa. Kendati demikian, mas Sodiek tetap memilih untuk menekuni profesi ini ketimbang memilih menjadi pekerja kantoran yang bekerja di depan meja dan di dalam ruangan dengan pendingin. Artikel ini dipersembahkan oleh https://www.mahabet.org - Situs Judi Bola yang Aman
1 Comment
|
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |